Langsung ke konten utama

Cerpen: Amare il Posto part 3


“KRRIIING.... KRRIIING...!!” bel dikelas dua kali berbunyi, tanda jadwalku sudah selesai. Aku lihat Hakan sedang merapikan bukunya. Astaga! Aku lupa memberi kabar ke Linda. Aku melihat jam tanganku, tepat pukul 2. Aku teringat ucapan Hakan di surat yang dikirimnya malam itu. Aku segera memberitau Linda untuk tidak menungguku. Saat aku sudah mengirim SMS kepada Linda, aku menoleh kebelakang, Hakan sudah pergi! Huft, lagi-lagi dia memakai ‘ilmu kilatnya’. Aku bergegas ke lorong, kulihat dia sudah menuruni tangga menuju kebawah. Kali ini aku tidak mau berlari, karena memang aku tidak bisa. Kakiku masih agak sakit karena peristiwa tadi pagi.

Bagaimanapun, aku tidak bisa menyusul Hakan. Hanya bisa bergegas, berharap ia berhenti sebentar atau memperlambat langkahnya yang panjang. Dibawah, aku lihat dia sedang menggoyangkan ponselnya. Mungkin sedang mencari signal. Tiba-tiba langkahnya terhenti sambil tetap memandangi layar smartphonenya. Syukurlah, aku bisa menghampirinya. Saat jarak kami hanya tinggal beberapa langkah, kulihat Hakan tiba-tiba berjalan lagi. Kali ini beda, jalannya agak cepat. Sepertinya dia sedang terburu-buru. “Hakan!” Aku memberanikan diri memanggilnya. Apa daya, dia tidak menggubrisnya, atau mungkin memang tidak kedengaran?

“Hakan! Hakan! Tunggu sebentar!” seruku memanggilnya lagi, kali ini aku mengeraskan suaraku. Tetapi dia tetap tidak mau menoleh. Beruntung, seorang wanita Italia yang berpapasan dengannya memberitau kalau ada yang mencarinya. Kena!

 “Hakan, kenapa daritadi kupanggil tidak merespon?” tanyaku dengan nada agak ketus.

Sepertinya Hakan sedang berfikir, atau mungkin melamun. Tetapi sesaat kemudian dia menjawab, “Oh.., oh.., iya.. Hmm.., aku sedang dicari oleh seseorang tadi” sahutnya

“Katamu, kau ingin menemuiku di cafe jam 3?” tanyaku mengingatkan.

“Oh.., itu. Iya, iya. Ayo, kita kesana sekarang.” Jawabnya agak gugup.

Kenapa Hakan gugup? Tadi ia mencari signal, tidak menggubris panggilanku, dan gugup saat ditanya. Apa dia ditelfon oleh setan? Atau..., dia sedang berkomunikasi dengan wanita lain? Ah! Pikiranku ini mulai gila. Siapa peduli! Kenapa aku harus berfikir seperti itu, banyak hal lain yang masih bisa untuk difikirkan.

Apa aku mulai cemburu?



Suasana cafe yang terletak di tepi kanal itu terbilang sepi. Biasanya akan ramai satu jam lagi. Kami memanfaatkan momentum ini dengan duduk di tepi kanal. Menikmati aktifitas lalu lintas baik di via tersebut, maupun di kanal yang ada disamping kami. Aku memesan Latté dengan ekstra creamer, sementara Hakan memesan Cappucino untuk ‘teman ngobrol’ kita sore ini.

“Jadi, apa yang mau kamu bicarakan, Hakan?” tanyaku membuka pembicaraan.

“Ya..., iseng aja. Siapa tau ada yang mau men-traktir makanan” sahut Hakan sambil menyeruput minumannya sedikit.

“Kalau begitu jangan ajak aku, ajak saja pacarmu kemari.” Ledekku. Duh, aku kelepasan bicaranya. Semoga saja Hakan tidak tersinggung soal ini.

“Sayangnya, aku belum pernah mempunyai pacar.” Tukasnya.

Saat ucapan tersebut keluar dari mulutnya, entah kenapa, perasaanku seperti terbang ke angkasa. Berhembus bersama angin panas dari kawasan Afrika, menyatu dengan gelombang laut Mediterania yang hangat. Lepas.

Aku teringat dengan suratnya yang dikirim bersama kameraku, dan teringat juga kejadian saat lambungku terasa sakit. Aku lupa memberi tau asalku. Dan aku teringat ucapannya saat diruang tata usaha, kurasa semua itu berhubungan.

Tidak ada sesuatu yang kebetulan, kan?



Aku menceritakan semuanya pada Hakan. Dia terlihat mendengarkanku baik-baik. Tatapan matanya yang tajam membuatku tak bisa terlalu lama menatapnya, atau aku akan gugup. Dua jam aku bicara bersama Hakan di cafe itu, dan tak terhitung jumlah manusia yang berlalu-lalang disekitar kami. Sore itu, tak terasa matahari ternyata sudah ingin kembali ke peraduannya. Rembulan sudah bersiap di tempatnya, menggantikannya sampai fajar tiba.

Hakan membuyarkan lamunanku, ia ingin pamit pulang ternyata. Aku melihat langit, rupanya sudah semakin gelap. Aku juga beranjak dari kursiku, dan berpisah dengannya. Aku bergegas pulang, khawatir Linda sudah menungguku di apartemennya. Huft, hari yang menyenangkan. Aku serasa menjadi anak SMA kembali. Masa-masa dulu bersaing dengan Vina dalam hal jumlah mantan. Aku tidak pernah bisa menyaingi Vina, karena memang dia lebih eksis disekolah. Tanpa sadar, aku tersenyum sendiri mengingatnya.



Sesampainya di apartemen, ternyata Linda sudah memasak makan malam untuk kami berdua. Duh, aku merasa bersalah karena tidak membantunya. Semua masakan sudah siap, hanya menunggu dihidangkan. Badanku terasa penat. Aku ingin mandi sebentar, lalu merebahkan tubuhku beberapa menit saja. Sudah pukul 6 sore, gumamku. Untung jadwalku hanya 3 hari sekali. Lumayan dua hari jeda, bisa untuk pergi keliling Venesia, atau melakukan hal lain. Seperti, jalan dengan Linda, jalan dengan Hakan.... Ah! Pikir apa aku ini. Pikiranku semakin gila.

Ada apa denganku?



“Hei, bangun! Lisa!” seru Linda membangunkanku.

“Mmhhh... Iya, Vin. Sebentar lagi” racauku.

“Vin..? Vin, siapa? Lisa, bangun!!” nada suara Linda mulai meninggi.

Akhirnya aku bangun. Aku terkejut, aku pikir aku tertidur cukup lama. “Astaga, Linda. Sekarang jam berapa? Apa ini sudah besok?” tanyaku bernada panik.

“Ini sudah lusa, malahan.” Ujarnya mengundang canda. Sepertinya ia sedang menahan ketawa. Aku lantas mengambil HP-ku, dan kulihat ini masih hari ini. Tetapi, sudah pukul 8 malam. Aku tertidur selama dua jam.

“Iih..., pembohong! Oiya, kau sudah makan?” tanyaku pada Linda.

“Iya,” jawabnya singkat. “Sekarang giliran kamu makan, gih. Nanti sakit.”

“Oke.” Aku mengacungkan jari telunjukku yang kusatukan dengan ibu jari dan membentuk lingkaran. Linda memasak sup ayam, dengan daging panggang rupanya. Hmmm, sepertinya lezat. Aku langsung menyantapnya, menghabiskannya, tanpa sisa. Ya, mungkin karena aku lapar dan porsinya tidak terlalu banyak. Tiba-tiba aku teringat satu hal. Kenapa tadi aku tidak membicarakan foto yang dihapusnya itu? Tapi, melihat wajahnya secara langsung itu lebih baik. Lagipula, aku sekelas dengan Hakan.

Malam itu, terasa sepi. Linda sudah terbaring lelap disampingku. Lantas aku teringat dengan Vina. Tapi, ini baru beberapa hari disini. Aku tidak mau menghubunginya terus menerus. Biarlah rindu kami terpelihara. Supaya saat jumpa, kami bisa melepas itu bersama. Biarlah Venesia menjadi tempat menampung rinduku, bersama langit yang indah, bersama bulan, bersama bintang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara menghilangkan password file di WinRAR

Sebelumnya maaf saya baru kembali menulis lagi di blog ini karena saya yang sedang menjalani Ujian Akhir Semester dan hari ini saya akan membagikan tips dan trik cara menghilngkan password file di WinRAR. Siapa yang nggak gelisah dengan file WinRAR yang dipassword? Apalagi kalau password tersebut hanya bisa didapatkan setelah kita menyelesaikan survey yang tersedia di web yang telah ditentukan. Dan survey tersebut juga merepotkan kita yang berada di negara kecil seperti Indonesia. Terkadang survey yang tersedia tidak cukup bervariasi atau bahkan tidak ada survey yang tersedia. Jadi, kita diharuskan memakai VPN dan memilih koneksi ke USA. Terlebih kalau survey yang akan kita selesaikan itu ribet dan akhirnya berujung kepada file password yang tidak terbuka. Sungguh menyebalkan, hehehe. Jadi, saya akan membagi tips dan trik kepada kalian pengguna WinRAR untuk menghilangkan password pada file berbasis WinRAR (.rar). Langsung saja kebawah WinRAR didefinisikan sebagai Pengarsip berbasis W

Sejarah pada masa pra-aksara

Menurut Marwati Djonoed Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, sejarah alam semesta lebih panjang dibandingkan umat manusia. Manusia pertama kali muncul sekitar zaman Pleistosen (3.000.000 sampai 10.000 tahun lalu) Asal usul Bumi dan mahluk hidup Ilmuwan meyakini Bumi terbentuk pertama kali saat adanya letusan Big Bang sekitar 13,7 milyar tahun yang lalu, ledakan ini menyebarkan material dalam jumlah banyak ke alam semesta lalu membentuk sistem tata surya. Dulu, Bumi berbentuk gumpalan gas panas yang kemudian berevolusi selama 2,5 miyar tahun untuk menjadi seperti sekarang. Menurut ilmu Geologi, proses berkembangnya Bumi melalui 4 tahapan. Yaitu masa Arkaekum, Paleozoikum, Mesozoikum, dan Neozoikum a.        Masa Arkaekum Masa ini terjadi sekitar 2,5 milyar tahun yang lalu. Dimasa ini tidak ada kehidupan karena bumi masih berbentuk bola gas panas yang bersuhu tinggi b.        Masa Paleozoikum Berlangsung sekitar 500-245jt tahun lalu. Kondisi Bumi mula