Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Goresan Kecil

Cerpen: Alexandria

Alexandria Jelajah mesin waktu yang terus berputar, menghantuiku didalam bilik di sebuah apartemen elite di Jakarta Pusat. Tak bisa kupungkiri, memang dia masih berada jauh didalam benakku. Tak bisa kupungkiri, dia masih terbayang dalam anganku. Seseorang yang sangat jauh disana. Jauh melewati Asia Tenggara, melewati indahnya dataran India, lalu masih berlanjut melewati Timur Tengah, hingga sampai disebuah titik tempatku menuntut ilmu saat perguruan tinggi sekitar 1 tahun lalu. sumber: google image “Apa yang terjadi denganku?”, batinku mulai resah. Hanya hembusan angin malam dan secangkir espresso yang dapat menemaniku bersandar di balkon apartemenku, melepas penat setelah beradu otak di kerasnya kehidupan ibukota. Aku ingin bercuti sejenak, melepas pikiran yang terus berdatangan. Tapi kemana? Kemana aku akan melabuhkan semua pikiranku? ‘Apa aku harus kembali kesana?’ Alarm digital menyambut pagiku yang cerah dengan suaranya yang khas. Aku bergegas melakuk

Mengenal Seorang Wage Rudolf Supratman

Wage Rudolf Supratman Tokoh satu ini dikenal oleh rakyat Indonesia sebagai orang yang menciptakan lagu kebangsaan Republik Indonesia. Dialah Wage Rudolf Supratman (W.R. Soepratman) yang lahir tanggal 9 Maret 1903, Jatinegara, Jakarta dan wafat tanggal 17 Agustus 1938 di Surabaya. Dia terkenal sebagai pengarang lagu kebangsaan Indonesia, "Indonesia Raya". Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu, lainnya perempuan. Dalam beberapa riwayat juga disebutkan bahwa Ayahnya bernama Joemeno Kartodikromo, seorang tentara KNIL Belanda, dan ibunya bernama Siti Senen. Wage Rudolf Soepratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Salah satunya bernama Roekijem. Rukiyem mengirim surat kepada ayahnya di Cimahi perihal kedatangannya di Makassar dengan selamat dan nama baru Wage Rudolf Supratman. Di kompleks tangsi militer Kees, Wage memperkenalkan dirinya Rudolf. Teman-temannya yang sinyo, noni, totok, dan blasteran, mema

Contoh pantun dari Al-Qur'an juz 30

Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan , dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa. Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, ber sajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak terdapat nama penulis. Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi . Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubung

Cerpen: Amare il Posto part 5

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Ini minggu terakhirku disini. Aku ingin menghabiskannya untuk berkeliling di Venesia untuk yang terakhir kalinya. Seperti biasa, Linda menemaniku menyusuri kanal yang indah bersama paman Francesco.

Cerpen: Amare il Posto part 4

Tidak terasa, Venesia sudah menghanyutkanku dalam sejuta keindahan, sejuta kenangan, dan sejuta mimpi indah yang terkabul disini. Sudah banyak sekali hal yang aku lalui. Ya, sudah empat bulan aku disini. Dua bulan lagi, aku bertemu Vina, dan bertemu kota Yogyakarta. Saat ini, aku dan Linda mendapat kesempatan tidak masuk satu kali jadwal. Tentu kami memanfaatkannya.

Cerpen: Amare il Posto part 3

“KRRIIING.... KRRIIING...!!” bel dikelas dua kali berbunyi, tanda jadwalku sudah selesai. Aku lihat Hakan sedang merapikan bukunya. Astaga! Aku lupa memberi kabar ke Linda. Aku melihat jam tanganku, tepat pukul 2. Aku teringat ucapan Hakan di surat yang dikirimnya malam itu. Aku segera memberitau Linda untuk tidak menungguku. Saat aku sudah mengirim SMS kepada Linda, aku menoleh kebelakang, Hakan sudah pergi! Huft, lagi-lagi dia memakai ‘ilmu kilatnya’. Aku bergegas ke lorong, kulihat dia sudah menuruni tangga menuju kebawah. Kali ini aku tidak mau berlari, karena memang aku tidak bisa. Kakiku masih agak sakit karena peristiwa tadi pagi.

Cerpen: Amare il Posto part 2

“TRRRT....TRRRT.....!” HP-ku bergetar dua kali. Aku melihatnya, ternyata 2 miss call dan sebuah SMS dari Linda. Mungkin karena aku belum sampai di apartemennya sehingga dia mengkhawatirkanku. Aku membuka pesannya, dan membacanya.

Cerpen: Amare il Posto part 1

2 hari menuju keberangkatanku, aku tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan bersama sahabatku Vina. Namaku Lisa Adrianna. Kami berdua tengah berjalan mencari perlengkapan yang mungkin akan kubawa merantau nanti. Koper, beberapa pakaian, alat kecantikan, semua sudah. Mungkin aku akan membeli beberapa makanan kecil untuk nanti. Tiba-tiba Vina mengajakku ke suatu tempat.

Cerpen: Lebih Baik Aku yang Pergi

     Ditengah hujan lebat, aku duduk ditepi jendela memandangi alam luar. Duduk termenung sendiri di kamarku sembari diterpa angin sejuk yang masuk kekamarku melewati celah jendela sebagai penghibur ditengah ketidakadilan ini. Ditengah lamunanku, pintu kamarku diketuk dengan pelan. "Ini pasti Bibi" gumamku sambil menghapus air mata dari pipiku. "Makan siang dibawah sudah Bibi siapkan, Non. Papa, Mama, dengan Non Rini sudah menunggu dibawah" Ucap Bi Maryam saat pintu kamarku terbuka. "Oke Bi, sebentar lagi aku kebawah, kok" ujarku sambil tersenyum ramah kepada Bibi.      Bi Maryam memang satu-satunya orang dirumah yang peduli denganku. Saat aku sakit, hanya dia yang sibuk merawatku, saat aku sedih hanya dia yang menghiburku. Papa dan Mama hanya sibuk dengan pekerjaan mereka. kak Rini juga sibuk dengan urusannya. Papa, Mama juga tampaknya hanya peduli dengan kak Rini. Dia selalu dipuji sama Papa, disayang sama Mama, juga dipuji oleh tamu-tamu ya